GELORAJATIM.COM — Senin, (9/12/2024). Di era digital yang semakin canggih banyak teknologi memiliki peran penting. Teknologi kini menjadi pijakan bagi berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Hal ini mempengaruhi cara kita bekerja dan berkomunikasi, dan hal ini juga memberi dampak besar pada dunia pendidikan. Pendidikan dapat memanfaatkan inovasi digital, dan ini akan meningkatkan standar pengajaran. Sarana untuk meningkatkan standar pendidikan seharusnya menjadi teknologi. Di masa lalu, ruang kelas tradisional sering dianggap sebagai satu-satunya tempat di mana proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan guru sebagai pusat efektif bagi banyak siswa yang ingin belajar. Kemajuan teknologi memungkinkan model pendidikan baru yang interaktif dan mudah disesuaikan.
Saat ini, Siswa tidak sepenuhnya didominasi oleh papan tulis atau bahan bacaan. Berkat web dan gadget yang terkomputerisasi, mereka dapat memperoleh berbagai sumber belajar dari seluruh dunia hanya dengan beberapa klik. Selain itu, guru dapat menggunakan sumber daya modern seperti film interaktif, aplikasi pembelajaran, dan simulasi berbasis realitas virtual untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Selain itu, pembelajaran jarak menjadi semakin penting di era pandemi dan seterusnya dimungkinkan oleh teknologi, yang memungkinkan siswa menyelesaikan pendidikan mereka kapan saja dan di mana saja.
Namun perkembangan ini lebih dari sekedar alat yang lebih baik. Selain itu, Teknologi mempunyai dampak yang lebih besar terhadap pendidikan karena memberikan pilihan pembelajaran yang lebih adil dan egaliter. Selain itu, pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pelajar dimungkinkan melalui penerapan kecerdasan buatan (AI) dan analisis data, yang meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Integrasi teknologi dalam pendidikan mempunyai banyak kelebihan namun juga mempunyai kelemahan.
Lebih banyak upaya perlu dilakukan untuk menjamin bahwa setiap orang dapat memanfaatkan teknologi, karena tidak semua keluarga atau sekolah memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Namun, penting juga untuk memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai alat untuk meningkatkan hubungan antara siswa dan guru, bukan sebagai pengganti peran guru sebagai Pendidikan.
Namun pada kenyataannya, banyak sekolah di Indonesia yang masih kesulitan menyediakan akses yang memadai terhadap teknologi. Sekolah-sekolah di daerah perkotaan yang sumber dayanya tidak memadai juga menghadapi masalah ini, selain sekolah di daerah pedesaan. Saat ini terdapat kesenjangan besar dalam proses belajar mengajar karena terbatasnya akses terhadap peralatan pembelajaran, komputer, dan internet saat ini. Faktor-faktor ini mempengaruhi standar pendidikan, sehingga menghalangi banyak siswa memperoleh keterampilan digital yang mereka perlukan di masa depan.
Di lapangan masih banyak sekolah yang tertinggal jauh dalam hal akses digital, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Hanya lebih dari 40% sekolah di Indonesia yang memiliki konektivitas internet yang memadai, dan lebih dari separuh sekolah di daerah tertinggal bahkan tidak memiliki teknologi paling dasar, seperti PC atau tablet, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022.
Konektivitas internet yang rendah, Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), lebih dari 12.000 komunitas Indonesia masih kekurangan konektivitas internet pada tahun 2023. Banyak sekolah di lokasi terpencil bergantung pada konektivitas internet yang lambat atau tidak ada sama sekali. Kurang dari 25% sekolah di daerah pedesaan memiliki konektivitas internet yang sesuai untuk tujuan pembelajaran, menurut data UNESCO. Kurangnya peralatan teknologi, hanya sekitar 30% sekolah di Indonesia yang memiliki cukup komputer untuk menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi, berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022. Biasanya hanya ada sedikit sekali teknologi yang tersedia di sekolah-sekolah di daerah tertinggal misalnya, hanya ada satu komputer untuk setiap 20 hingga 30 siswa.
Adanya kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan, berdasarkan laporan BPS tahun 2021, 80% sekolah di perkotaan memiliki teknologi yang memadai, dibandingkan 20% di pedesaan. Meskipun provinsi di Indonesia bagian timur seperti Papua dan Nusa Tenggara memiliki akses yang relatif sedikit terhadap teknologi, Pulau Jawa cenderung memiliki akses yang paling banyak terhadap teknologi.
Adanya keterbatasan Guru dalam Literasi Digital, menurut survei Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2022, 60% guru di Indonesia ragu menggunakan teknologi di kelas. Tantangan terbesarnya adalah infrastruktur dan pelatihan yang tidak memadai. Teknologi yang ada sering kali tidak dimanfaatkan secara maksimal karena banyak sekolah yang letaknya jauh tidak memiliki staf pengajar yang mahir menggunakan teknologi.
Pada masa COVID-19 berdampak pada pembelajaran disekolah-sekolah yang membuat para pelajar diharuskan belajar pada jarak jauh yang memerlukan teknologi untuk belajar. Menurut laporan UNICEF pada tahun 2021, 47% siswa Indonesia tidak berhasil melakukan pembelajaran selama epidemi karena kurangnya peralatan dan koneksi internet. Hilangnya pembelajaran diakibatkan oleh kesenjangan ini, terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu atau mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
Pertimbangan infrastruktur, ekonomi, sosial, dan kebijakan adalah beberapa penyebab utama terbatasnya penggunaan teknologi dalam pengajaran di kelas. Berikut penjelasan lebih lengkapnya, Koneksi Internet yang tidak memadai karena kendala infrastruktur Banyak sekolah tidak memiliki akses internet yang dapat diandalkan dan cepat, khususnya di lokasi pedesaan atau terpencil. Hal ini membuat penggunaan gadget digital dan sistem pembelajaran online menjadi lebih sulit. Tidak adanya kekuatan Menggunakan teknologi secara rutin di ruang kelas di beberapa tempat dapat menjadi tantangan karena pasokan listrik yang tidak menentu atau tidak ada sama sekali Kurangnya gadget teknologi . Guru dan siswa belum mampu memanfaatkan teknologi secara maksimal karena sekolah sering kekurangan laptop, iPad, dan gadget elektronik lainnya.
Pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan sektor swasta dapat bekerja sama untuk mengatasi permasalahan terbatasnya akses terhadap teknologi di ruang kelas. Pemerintah harus mengalokasikan lebih banyak dana kepada sekolah-sekolah, khususnya di daerah pedesaan, agar dapat menyediakan gadget digital dan koneksi internet dengan harga terjangkau. Selain itu, sekolah dapat memperoleh manfaat dari inisiatif donasi peralatan teknologi yang ditawarkan oleh dunia usaha atau organisasi non-pemerintah yang memprioritaskan pendidikan. Selain itu, penting bagi para pendidik untuk menerima pelatihan agar mereka dapat berhasil menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar.
Melalui komunitas belajar atau pendampingan orang tua di rumah, masyarakat dan orang tua khususnya dapat terinspirasi untuk membantu anak-anaknya menggunakan teknologi secara bertanggung jawab. Selain itu, strategi berbasis masyarakat seperti mendirikan pusat pembelajaran berbasis teknologi di sekitar sekolah dapat berfungsi sebagai solusi jangka pendek terhadap masalah kurangnya gadget di rumah atau di sekolah. Kebijakan yang diarahkan pada akses yang adil terhadap teknologi harus mendukung upaya ini untuk memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mendapatkan pendidikan berbasis teknologi, terlepas dari kondisi keuangan atau geografis mereka. Kesenjangan dalam akses teknologi pembelajaran dapat ditutup dengan tindakan-tindakan ini.
Penulis : Novita Sari Nasution Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta