Oleh: Kalis Rubedo, Nofa Putri, Yunita Rochyana – Mahasiswa Agribisnis UPN “Veteran” Jawa Timur
PASURUAN, GELORAJATIM.COM – Desa Kemiri merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan yang cukup banyak menghasilkan kopi dengan berbagai jenis kopi, baik itu kopi lokal, robusta, maupun kopi arabika. Desa ini terdiri dari empat dusun, yaitu Dusun Kemiri, Dusun Sereng, Dusun Pangloan, dan Dusun Jawar, dimana.
Di tiap dusun tersebut hampir seluruh masyarakatnya mempunyai ladang yang ditanami dengan tanaman kopi yang tiap tahunnya dapat dipanen dengan jumlah yang banyak dan akan digunakan sebagai konsumsi pribadi atau dijual, tetapi kebanyakan kopi kopi ini akan dikonsumsi secara pribadi oleh masyarakat desa.
Mahasiswa Bina Desa MBKM 2025 di Desa Kemiri khususnya dari Kelompok 1 turut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat desa, yakni melakukan petik biji kopi yang nantinya akan diolah menjadi bubuk kopi yang akan dinikmati oleh warga desa. Petik Kopi dilakukan di ladang milik Pak Kepala Dusun Sereng, Bapak Nur Hasan (29 April 2025) lalu.
Kopi yang ditanam di ladangnya ini merupakan jenis kopi lokal yang mempunyai rasa pahit, tetapi tidak menyengat. Biji kopi ini dipetik pada saat masih berwarna hijau atau merah dikarenakan apabila menunggu hingga masak atau berwarna hitam, biji kopi akan diambil oleh pencuri dan akan mengurangi jumlah hasil panen. “Biji ini diambil warna hijau, soalnya kalau tidak begitu nanti diambil sama pencuri, jadi tidak apa apa diambil waktu belum masak” ujar Pak Nur Hasan.
Kopi yang telah dipetik akan dilakukan penjemuran yang beralaskan terpal dengan kisaran waktu yang tidak dapat ditentukan, tergantung dengan sinar matahari. Apabila sinar matahari bersinar dengan terang dan panas, maka dapat menghabiskan waktu sekitar 4 hingga 5 hari namun, apabila tidak menentu maka dapat menghabiskan waktu hingga satu minggu atau lebih.
Penjemuran kopi bertujuan untuk menghilangkan kadar air di dalam biji kopi sehingga biji kopi akan terhindar dari potensi penurunan mutu pada proses akhir pengolahan yaitu penyimpanan (store) di gudang.

Penurunan mutu yang dimaksud adalah adanya kadar air yang tinggi di dalam biji, misalnya menyebabkan timbulnya jamur atau memicu kehadiran hama gudang. Beberapa spesies jamur juga dapat menghasilkan senyawa kimia tertentu yang bersifat racun pada manusia seperti munculnya senyawa okratoksin yang ditimbulkan oleh serangan jamur Aspergillus ocracheus. Serangan jamur selain dapat menimbulkan toksisitas dalam kopi juga dapat menurunkan potensi citarasa yang akan dihasilkan, sehingga aspek teknik penjemuran menjadi penting untuk diperhatikan.

Biji Kopi yang telah masak dan siap untuk dioven atau disangrai, yaitu biji kopi yang sudah berwarna hitam pekat dari yang semula berwarna hijau atau merah. Terdapat dua metode dalam melakukan pemasakan pada kopi, yaitu secara sederhana atau secara modern. Secara tradisional, yaitu hanya dimasak dengan menggunakan abu atau pasir diatas kompor tradisional dengan menggunakan kuali yang terbuat dari tanah liat atau secara modernnya dilakukan dengan menggunakan oven.
Salah satu mahasiswa MBKM Bina Desa Kalis Rubedo, mengatakan bahwa keterlibatan mereka dalam kegiatan ini bertujuan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat lokal serta memperkenalkan solusi yang bisa meningkatkan produktivitas dan nilai jual kopi. “Kami ingin membantu masyarakat setempat untuk mengembangkan potensi kopi mereka agar lebih dikenal luas dan dapat meningkatkan kesejahteraan warga,” ujarnya.
Kegiatan ini berhubungan dengan Sdgs no 12 yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Hubungan keduanya dikarenakan produksi kopi yang dilakukan diolah sampai melalui tahap siap konsumsi serta tidak sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh warga desa. Selain itu warga desa Kemiri bertanggung jawab penuh atas kegiatan produksi kopi yang terus berkelanjutan dilaksanakan.
Warga Dusun Sereng menyambut baik partisipasi mahasiswa UPNVJT. Salah satu petani kopi, Bapak Nur Hasan mengungkapkan rasa senangnya atas antusiasme para mahasiswa. “Kami merasa senang karena ada generasi muda yang tertarik dan mau belajar tentang kopi. Semoga ini bisa jadi awal kerja sama jangka panjang,” katanya.
Apabila proses sangrai kopi tersebut telah selesai, maka biji kopi yang sudah matang didinginkan yang selanjutnya memasuki tahap penggilingan menggunakan alat penggilingan manual dan bisa juga menggunakan alat penggilingan semi-modern.
“Ini merupakan pengalaman pertama saya melihat dan mengikuti secara langsung bagaimana proses pengolahan kopi dari biji mentah hingga menjadi bubuk kopi yang siap seduh. Saya sangat menghargai setiap secangkir kopi yang saya minum,” ungkap Nofa Putri.