Oleh: Dewi Deniaty Sholihah, S.E., M.M. Dosen Program Studi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
GELORAJATIM.COM — Penguatan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan elemen krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan, terutama pasca pandemi yang menuntut ketahanan ekonomi dari akar rumput. UMKM di Indonesia berkontribusi besar terhadap PDB nasional dan menyerap sebagian besar tenaga kerja, namun masih menghadapi tantangan dalam hal daya saing, terutama di pasar terbuka yang semakin digital.
Di era transformasi digital dan ekonomi kreatif saat ini, konsumen memiliki preferensi yang semakin kompleks, tidak hanya menuntut kualitas isi produk, tetapi juga pengalaman visual dan emosional yang ditawarkan oleh kemasan. Maka, penting bagi UMKM untuk mengembangkan strategi pemasaran yang adaptif, tidak hanya berbasis harga dan produk, tetapi juga pada kemasan yang representatif dan menarik secara estetika.
Kemasan produk berfungsi sebagai titik sentuh pertama antara produk dan konsumen, yang dalam banyak kasus menjadi penentu awal bagi konsumen untuk melakukan pembelian, terutama dalam ekosistem belanja daring (e-commerce) dan media sosial. Dalam konteks digital, produk yang dikemas dengan menarik cenderung lebih mudah dibagikan secara visual melalui platform seperti Instagram, TikTok, maupun marketplace yang menonjolkan tampilan visual.
Kemasan yang baik tidak hanya memberikan perlindungan terhadap produk, tetapi juga membangun identitas merek, menyampaikan nilai, dan membedakan produk dari pesaing. Data menunjukkan bahwa konsumen cenderung memberikan penilaian dalam waktu kurang dari 7 detik terhadap produk baru di rak toko atau layar ponsel, dan dalam kurun waktu sesingkat itu, kemasan memegang peran vital sebagai alat persuasi.
Namun, masih banyak pelaku UMKM yang belum memaksimalkan fungsi kemasan sebagai bagian integral dari strategi pemasaran. Dalam praktiknya, kemasan sering kali dipandang hanya sebagai pelengkap atau sekadar pembungkus produk. Padahal, dalam lanskap persaingan modern, kemasan dapat menjadi alat pemasaran yang sangat strategis. Inovasi desain, pemilihan warna yang tepat, penyertaan informasi yang relevan dan nilai tambah seperti QR code, label halal, atau klaim ramah lingkungan dapat memberikan kepercayaan dan daya tarik lebih kepada konsumen.
Oleh karena itu, penting dilakukan pendampingan berkelanjutan kepada UMKM agar memahami peran kemasan sebagai elemen penting dalam membentuk persepsi pasar dan meningkatkan nilai jual produk. Dengan strategi pengemasan yang tepat, UMKM tidak hanya mampu meningkatkan penjualan, tetapi juga membangun merek yang kuat dan berkelanjutan di tengah dinamika pasar yang terus berkembang.

Dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan bersama mitra UMKM di wilayah Medayu, Surabaya, fokus utama diarahkan pada peningkatan kapasitas pelaku usaha dalam memahami pentingnya kemasan sebagai bagian dari strategi pemasaran yang holistik. Kegiatan ini dirancang tidak sekadar menyampaikan teori, tetapi juga memberikan pendekatan praktis yang aplikatif agar pelaku UMKM mampu menerapkan langsung prinsip-prinsip desain kemasan dalam produk mereka.
Pemberian wawasan ini menjadi penting karena masih banyak pelaku usaha kecil yang memfokuskan perhatiannya pada produksi dan distribusi, namun belum sepenuhnya menyadari potensi besar yang terkandung dalam elemen visual kemasan sebagai alat promosi sekaligus pembeda di pasar yang kompetitif.
Kemasan yang menarik dan informatif memiliki peran ganda, yaitu sebagai pelindung fisik produk dan sebagai media komunikasi yang menyampaikan pesan merek kepada konsumen. Melalui desain visual, warna, tipografi, serta narasi singkat pada label, kemasan membentuk persepsi konsumen terhadap kualitas, keunikan, dan nilai dari produk tersebut.
Dalam konteks UMKM yang tengah berupaya membangun identitas merek, kemasan menjadi alat strategis untuk meningkatkan daya tarik dan kepercayaan pasar. Berdasarkan berbagai studi, desain kemasan yang tepat dapat meningkatkan niat beli konsumen hingga 30%, angka yang tentu sangat berarti dalam mendorong pertumbuhan usaha kecil yang sedang bertumbuh dan bertransformasi menuju pasar yang lebih luas.
Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pemahaman komprehensif kepada pelaku UMKM mengenai pentingnya kemasan dalam membangun daya saing produk. Materi yang disampaikan mencakup berbagai aspek utama dalam desain kemasan, seperti pemilihan warna yang sesuai dengan karakter target pasar, penggunaan tipografi yang mudah dibaca namun tetap mencerminkan identitas produk, serta penempatan elemen branding seperti logo secara konsisten.
Selain itu, peserta juga diajak memahami pentingnya membangun narasi (storytelling) dalam kemasan, yang mampu menciptakan koneksi emosional antara konsumen dan produk. Pendekatan ini terbukti efektif dalam meningkatkan kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap merek lokal.
Untuk memperkuat aspek praktikal, kegiatan ini juga menghadirkan sesi tutorial langsung tentang cara membuat desain kemasan menggunakan aplikasi Canva melalui perangkat gawai masing-masing. Solusi digital ini dipilih karena mudah diakses, tidak memerlukan keterampilan desain tingkat lanjut, serta memungkinkan UMKM untuk berkreasi secara mandiri sesuai kebutuhan dan karakter produk mereka.
Dalam sesi ini, peserta diberikan panduan langkah demi langkah untuk menyusun elemen visual yang menarik dan informatif, termasuk bagaimana menambahkan fitur modern seperti QR code yang dapat terhubung dengan konten tambahan, seperti video, resep, atau cerita produk.
Sebagai institusi pendidikan tinggi yang menjunjung nilai Tridharma Perguruan Tinggi, UPN “Veteran” Jawa Timur terus berkomitmen memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan bersama mitra UMKM di wilayah Medayu, Surabaya ini merupakan salah satu bentuk dukungan kampus terhadap SDG 8: Decent Work and Economic Growth. Melalui peningkatan kapasitas pelaku UMKM dalam hal strategi pengemasan produk yang inovatif dan adaptif terhadap tren pasar, kegiatan ini mendorong pertumbuhan ekonomi lokal berbasis usaha rakyat yang berkelanjutan. Inisiatif ini sejalan dengan visi UPNVJT untuk menciptakan lulusan dan masyarakat binaan yang produktif, berdaya saing, serta mandiri secara ekonomi. #sdg8upnvjt
Tak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, kegiatan ini juga turut mendukung pencapaian SDG 9: Industry, Innovation, and Infrastructure, dengan mengenalkan penggunaan teknologi digital seperti aplikasi Canva dalam proses desain kemasan. Pendekatan ini mendorong pelaku UMKM untuk mengadopsi inovasi dalam operasional usaha mereka, sehingga memperkuat kapasitas kewirausahaan berbasis teknologi dan kreativitas. Digitalisasi ini menciptakan peluang baru dalam pemasaran produk, khususnya dalam ranah e-commerce dan media sosial. #sdg9upnvjt
Lebih lanjut, materi pelatihan juga menekankan pentingnya penggunaan kemasan yang ramah lingkungan, aman bagi konsumen, serta dapat didaur ulang (reusable packaging). Hal ini mendukung upaya untuk mewujudkan pola produksi dan konsumsi yang lebih bertanggung jawab, sejalan dengan tujuan SDG 12: Responsible Consumption and Production. Dengan mendorong pelaku UMKM untuk mempertimbangkan bahan kemasan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, kegiatan ini turut membangun kesadaran terhadap pentingnya keberlanjutan dalam seluruh rantai nilai usaha. #sdg12upnvjt
Melalui kegiatan ini, UPN “Veteran” Jawa Timur menegaskan komitmennya sebagai kampus yang aktif dalam pembangunan berkelanjutan dan berorientasi pada dampak sosial yang nyata. Kolaborasi antara akademisi dan masyarakat diharapkan menjadi motor penggerak transformasi sosial dan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, sebagaimana semangat dari seluruh agenda SDGs yang diadopsi secara global.
Dampak dari kegiatan ini terlihat dari meningkatnya kesadaran peserta terhadap peran strategis kemasan dalam memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Beberapa peserta bahkan telah mulai menerapkan desain kemasan baru yang lebih profesional dan komunikatif, dengan memperhatikan aspek visual, fungsi, dan daya tarik digital.
Penggunaan warna yang lebih menonjol, label yang lebih informatif, serta integrasi elemen interaktif menunjukkan bahwa pelaku UMKM mampu merespons materi pelatihan dengan baik. Secara umum, kegiatan ini berhasil mendorong pelaku usaha kecil untuk tidak hanya fokus pada kualitas produk, tetapi juga memperhatikan cara produk tersebut dikemas dan disajikan di mata pasar.
Pendampingan dan edukasi seperti ini harus terus dilakukan secara berkelanjutan. Transformasi UMKM tidak cukup hanya pada aspek produksi, tetapi harus menyentuh pula strategi komunikasi visual agar produk-produk lokal kita mampu bersaing di pasar nasional maupun global. Harapannya, kegiatan pengabdian ini dapat menjadi bagian dari kontribusi nyata perguruan tinggi dalam membangun ekosistem UMKM yang tangguh, inovatif, dan berdaya saing tinggi di era ekonomi kreatif yang serba digital ini.