Alfian Nur Rosyid, dr., Sp. P(K), FAPSR, FCCP, dokter spesialis paru Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.
Gelorajatim.com – Alfian Nur Rosyid, dr.,Sp.,P(K), FAPSR.,FCCP merupakan dokter spesialis paru yang bertugas di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya. dr Alfian menyebutkan bahwa sesak napas dapat menyerang pasien Covid-19, bahkan ketika ia belum pernah mengalami sesak sebelumnya. Sering pada pasien Covid-19 terjadi pneumonia (peradangan paru-paru, Red) yang menyebabkan terjadinya sesak. Menurutnya, Covid-19 dapat memperburuk kondisi pasien yang sebelumnya pernah mengalami sesak napas. Hal itu terutama dapat terjadi pada pasien yang telah memiliki keluhan sesak kronis,” dr Alfian, Senin (30/8/2021).
dr Alfian mengatakan, sesak kronis yakni kondisi sesak napas yang terjadi dalam rentan waktu lama. Pada pasien yang memiliki sesak kronis, apabila terinfeksi virus SARS-CoV-2 maka pasien tersebut akan mengalami sesak akut yang dapat memperberat kondisi sesaknya. Selain pasien dengan sesak kronis dan penyakit penyerta atau komorbid yang tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi sesaknya. “Pada pasien dengan sakit kronis yang tidak terkontrol, misalnya sakit jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Tuberkulosis (TB), dan lainnya, maka bisa jadi kondisinya lebih berat dibandingkan pasien tanpa komorbid,” imbuh dr. Alfian.
Terkait proses sesak napas yang terjadi pada pasien Covid-19, dr. Alfian menyebut bahwa hal itu karena ada gangguan pertukaran oksigen. Virus Covid-19 yang masuk ke dalam paru-paru pasien, akan menyebabkan proses peradangan dan kemudian menyebabkan sel-sel laten menutupi area pertukaran oksigen.
“Penutupan area pertukaran oksigen selanjutnya akan menghambat proses penukaran oksigen dengan karbondioksida. Akibatnya, kadar oksigen di darah akan turun dan menyebabkan “instruksi” kepada pusat pernapasan untuk bernapas lebih cepat. Jadi sesaknya pada pasien Covid-19 itu karena ada gangguan pertukaran oksigen,” jelas dr. Alfian.
Sesak napas yang dialami pasien Covid-19 berhubungan dengan kondisi hipoksia atau kekurangan oksigen yang dapat terjadi pada seluruh organ tubuh pasien. Apabila kekurangan oksigen terjadi pada sel otak, maka dapat terjadi penurunan kesadaran dan dapat berakibat fatal, termasuk kematian seseorang.
“Kondisi sesak tersebut juga akan menyebabkan tubuh merespon dengan meningkatkan frekuensi napas agar lebih banyak oksigen yang dapat dihirup seseorang untuk memenuhi kecukupan oksigen tubuh, terutama otak,” terang dr. Alfian.
Pasien Covid-19, tutur dr. Alfian, dapat bermanifestasi menjadi pneumonia atau peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Salah satu gejala pneumonia adalah sesak napas. Kebanyakan pasien Covid-19 dalam kondisi ringan, bahkan tidak bergejala karena tidak adanya pneumonia. Namun pada kondisi Covid-19 derajat sedang, berat, dan kritis, maka seorang pasien akan mengalami sesak napas,” ujar dr. Alfian. (azl)