Gambar ilustrasi.
GeloraJatim.com – Peringkat 5 tertinggi angka stunting di Indonesia, sehingga stunting yang merupakan kegagalan dalam tumbuh kembangnya seorang anak yang kurang optimal sangat perlu menjadi perhatian para stakeholder, Jumat (29/10/2021).
Pasalnya, penyebab dari stunting itu sendiri adalah dampak dari kekurangan gizi secara komulatif. Sehingga Pemkab Sidoarjo bersama Departemen Agama dan TP-PKK gencar lakukan sosialisasi terhadap stunting dan obesitas pada bayi dan balita.
Selain itu agar stunting di Kabupaten Sidoarjo tersebut hilang, pencegahan-pencegahan pun terus dilakukan. Seperti halnya memberikan penyuluhan terhadap para remaja akan informasi kesehatan terhadap stunting.
“Kami menyambut baik dan mendukung penuh terhadap berbagai pihak dalam rangka mensejahterakan masyarakat khususnya di Sidoarjo seperti saat sekarang yakni stunting dan vaksinasi”, ungkap Ketua TP-PKK Hj Sa’adah Ahmad Muhdlor Ali saat dikonfirmasi di Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo pada Rabu 27 Oktober 2021 kemarin.
Menurut Neng Sasha, akrab istri Bupati Sidoarjo dipanggil mengatakan, pencegahan stunting itu tidak dimulai dari balita yang mengalami stunting, akan tetapi juga dari ibu yang sebagai calon orang tua yang akan melahirkan anak.
“Jika pencegahan stunting itu harus dimulai secara holistik integratif yakni dilihat atau ditarik kebelakang yang menjadi asal mula stunting dari seorang ibu”, cetus menantu pendiri Ponpes Bumi Sholawat Neng Sasha.
Oleh karena itu pihaknya menghadirkan para remaja dan juga calon pengantin untuk diberikan edukasi sebelum menikah dan hamil, agar lebih melek informasi tentang stunting. Berharap agar pencegahan terhadap stunting di Kabupaten Sidoarjo cepat teratasi, sehingga Sidoarjo benar-benar menjadi zero stunting,” ujar Neng Sasha.
Sementara, Kabid Kesehatan Masyarakat Kabupaten Sidoarjo Sri Andari, mengatakan terjadinya kasus stunting itu tidak hanya karena faktor pola asuh saja yang salah kepada Bayi. Tapi juga tak lepas dipengaruhi dari kondisi kesehatan dari si ibu hamil sebelum melahirkan. Contohnya Ibu hamil yang kurang gizi dan tidak teratur dalam memeriksakan kondisi kehamilannya.
Selain itu, pola asuh yang salah kepada bayi diantaranya yakni bayi diberikan susu formula. Seharusnya pemberian ASI dilakukan secara eksklusif. Dan juga pemberian makan kepada bayi yang salah, karena bayi banyak diberikan makanan junkfood.
“Padahal makanan instan itu tidak sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Lainnya pola asuh yang salah. Sehingga bayi diserahkan kepada pembantu yang tidak tahu menahu yang dikarenakan ibu bayi bekerja”, pungkasnya. (riz)