SIDOARJO – Lembaga pendidikan Nurul Fikri terus berinovasi dan mengajak para wali murid untuk bersama-sama mengidukasi anak.
Bertajuk, Nufi Spiritual Parenting dengan tema Strategi Mengatasi Kebosanan Anak Dalam Proses Pembelajaran Daring. Kegiatan yang berlangsung secara virtual, Sabtu (27/2) ini diawali dengan pembacaan Al Qur’an oleh Lutfan. Dia merupakan siswa SDIT Nurul Fikri yang sekarang sudah menyetorkan hafalannya sebanyak 11 juz. “Kangen belajar dan bermain bersama teman- teman,” ucap seorang siswa yang duduk di kelas VI di sela sebelum membacakan hafalannya juz 1.
Ketua Dewan Pengurus Yayasan, H. Syaiful Arifin, M.Pd, dalam sambutannya menyampaikan, tantangan masa pandemi covid-19 membutuhkan energi yang tidak sedikit. Maka perlu inovasi-inovasi pembelajaran. Nurul Fikri Sidoarjo juga tertantang untuk dapat memunculkan unit baru seperti tingkat SMP sederajat. Kami akan menyiapkan generasi Indonesia lovers yaitu Al Qur’an Lovers. Lancar berbahasa inggris dan memiliki hubungan pertemanan dengan siswa nasional maupun internasional,” jelasnya.
Hadir pula sebagai keynote speaker Dra. Mukhayatun, M.Si selaku Korwil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Sukodono, Sidoarjo. Menurutnya, Lembaga Nurul Fikri Sidoarjo, merupakan lembaga yang luar biasa dalam menghadapi dan menyiapkan pembelajaran di masa pandemi. Disamping itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo terus berkoordinasi dengan korwil-korwil se-Sidoarjo. “Semoga diakhir PPKM pada tanggal 8 Maret mendatang bisa dilaksanakan pembelajaran tatap muka, sehingga kami menghimbau kepada sekolah-sekolah untuk mempersiapkan segala keperluan serta untuk wali murid agar bersabar,” ungkap pengawas yang akrab dipanggil Bu Tatun, diakhir penyampaian.
Kegiatan Nufi Spiritual Parenting kali ini diikuti lebih dari 300 peserta yang sangat antuas mendengarkan melalui virtual paparan dari Drs. Miftahul Jinan, M.Pd.I, selaku Direktur Griya Parenting Indonesia. Menurut master trainer sekaligus penulis 8 buku best seller nasional parenting ini, anak memerlukan latihan dan contoh. Ketika anak sudah mau melakukan, ada kebutuhan di dalamnya, dia bisa langsung praktek atau ada dukungan dari sekitar. “Jika anak sudah tau apa yang diinginkan, masalah selesai. Masalah di sini adalah masalah keengganan dan kebosanan,” tuturnya.
Nara sumber pun memaparkan apa yang menjadi penyebab kebosanan anak, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal bisa diatasi oleh peran guru, orang tua dan lingkungan. Sedangkan faktor internal bisa diatasi oleh dirinya sendiri tentunya dengan dukungan orang di sekitarnya. Beberapa solusi faktor internal adalah membimbing anak untuk tumbuh mandiri, bijak dalam menolak dan menerima permintaan anak. Menuntaskan motorik, dan memberi perhatian serta meningkatkan bonding dengan anak. Anak yang mandiri dan tuntas motoriknya akan lebih mempunyai tanggung jawab yang besar hingga bisa mengontrol dirinya.
Tidak dipungkiri, para peserta zoom sangat antusias dan banyak sekali respon dari peserta melalui sesi tanya jawab. Apalagi dengan closing statement dari ustadz Miftahul Jinan. Dia menuturkan bahwa masa pendemi banyak mengalami penurunan, tapi ada tiga hal yang tidak boleh turun, dan harus naik. Yaitu semakin mendekatkan diri pada Allah, semakin perhatian dengan kesehatan dan kualitas pendidikan pada anak harus tetap naik. (anas/adi)