Mahasiswa Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Kupang Angkatan 6 meluncurkan program inovatif pendidikan kesehatan yang fokus pada peran ayah dalam pendampingan pemberian Air Susu Ibu (ASI) di Ruang Merak RSUD S.K. Lerik Kota Kupang.
Program ini diprakarsai oleh Frids Djami Gana bersama anggota Helmince Hina Duna dan Herlyn Tihu, yang meyakini pentingnya keterlibatan ayah dalam proses menyusui. Mereka menganggap ayah bukan sekedar pemerhati, melainkan mitra aktif dalam kesuksesan pemberian ASI kepada bayi.
Tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan motivasi ayah dalam mendampingi ibu selama proses menyusui. Melalui media banner informatif, para mahasiswa mengajak ayah berperan lebih dalam mendukung kesehatan bayi dan ibu.
Banner edukasi dirancang secara khusus untuk memberikan informasi praktis dan mudah dipahami bagi para ayah yang sedang menjaga istrinya di ruang nifas. Konten banner mencakup enam langkah konkret yang dapat dilakukan ayah dalam mendukung proses menyusui.
Keenam langkah tersebut meliputi memberikan dukungan emosional kepada ibu, mencari informasi seputar menyusui, membantu pemijatan oksitosin, menyiapkan makanan bergizi, mempersiapkan peralatan menyusui, serta membantu pekerjaan rumah tangga.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, tantangan stunting masih menjadi perhatian serius. Berdasarkan data terbaru prevalensi stunting di NTT mencapai 37.9% pada tahun 2023 meningkat dari 35.3% di tahun sebelumnya. Selain itu, data dari BPS menunjukkan bahwa 97.28% dari penduduk berusia 0-23 bulan di Kota Kupang pernah diberi ASI, namun tidak semua mendapatkan ASI eksklusif. Program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam menurunkan angka stunting melalui optimalisasi pemberian ASI dengan dukungan penuh dari ayah.
Keterlibatan ayah dalam proses menyusui tidak hanya berdampak pada kesehatan bayi, tetapi juga memberikan penguatan psikologis bagi ibu. Dukungan suami dapat mengurangi stres dan meningkatkan produksi ASI secara signifikan.
Para mahasiswa Ners mengharapkan program ini dapat menjadi model pendekatan yang dapat digunakan sebagai edukasi kesehatan. Mereka percaya bahwa dengan melibatkan ayah secara aktif, kualitas pemberian ASI akan meningkat dan kesehatan bayi pun akan terjamin.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari pihak rumah sakit yang melihat potensi besar dalam mengubah paradigma peran ayah dalam kesehatan keluarga. Dukungan dari berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan program ini.
Ke depan, para mahasiswa berharap inovasi ini dapat dikembangkan lebih luas dan menjadi percontohan di berbagai fasilitas kesehatan lainnya, sehingga dukungan ayah dalam pemberian ASI menjadi budaya baru dalam menjaga kesehatan generasi mendatang.
Tips Menjadi Ayah ASI yang dibuat dapat diakses pada:
https://flippingbook.com/account/online/137873445/1