SIDOARJO, GELORAJATIM.COM – Ruwah dusun adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendoakan leluhur dan keselamatan desa , tradisi ini juga dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.
Tujuan Ruwah Dusun adalah mendoakan leluhur agar hidup tenteram di surga , mempererat persaudaraan antar warga , memantapkan kerukunan , gotong royong dan kekompakan warga , menjaga budaya dan kearifan lokal serta menjauhkan dusun dari marabahaya.
Begitu juga yang dilakukan warga Dusun Sadang Desa Sadang Kec. Taman Sabtu (22/02/2025) , untuk mendoakan leluhur , mereka menyelenggarakan tradisi ruwah dusun dengan doa bersama di Punden Mbah Putut dan juga pagelaran wayang kulit semalam suntuk , mengundang Dalang Ki Sarjono Tarib Adi Atmojo dari Ngoro – Mojokerto dengan lakon ” Bagong Bangun Deso ” , pagelaran wayang kulit ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya Indonesia.

Dalam acara ruah Dusun Sadang tahun 2025 ini ratusan warga masyarakat Dusun Sadang tampak antusias memenuhi halaman punden Mbah Putut , masing – masing RT tampak membawa gunungan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pemilik Alam Semesta , tampak hadir Kepala Desa Sadang H. Achmad Subali Usmono , BPD , LPMD , pengurus Ranting NU Sadang , RT / RW dan segenap undangan.
Dalam sambutannya , Hartoyo Ketua panitia ruwah Dusun Sadang menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh warga Dusun Sadang atas segala sumbangsihnya untuk kegiatan Ruwah Dusun Sadang 2025 ,” Saya sebagai ketua panitia menyampaikan beribu – ribu terima kasih atas kehadiran panjenengan semua untuk meruwah dan melestarikan , uri – uri budaya dari nenek moyang kita , semoga amal panjenengan semua diterima sebagai amal yang baik “, ucap Hartoyo mengawali sambutannya.
” Tak lupa atas nama panitia mohon maaf yang sebesar – besarnya , barangkali ada tempat yang kurang ataupun hidangan , atas nama seluruh panitia Ruwah Dusun Sadang Desa Sadang 2025 , kami mohon maaf yang sebesar – besarnya “, pungkas Hartoyo mengakhiri sambutan singkatnya.
Sementara itu Kepala Desa Sadang H. Achmad Subali Usmono yang ditemui setelah acara rebutan gunungan mengatakan bahwa acara ruwah dusun ini sudah menjadi tradisi sejak sebelum beliau jadi kades ,” Jadi tiap tahun diadakan ruwah dusun , sebelum saya jadi kades sudah ada ruwah dusun , sejak kades – kades terdahulu , saya tinggal meneruskan tradisi ini “, ujar Subali panggilan akrab beliau.
Ruwah Dusun yang terdiri dari 7 RT ini juga dimeriahkan dengan adanya gunungan yang menurut Subali sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas melimpahnya hasil bumi di Dusun Sadang , gunungan ini selesai acara doa langsung menjadi rebutan masyarakat laki , perempuan , tua , muda bahkan anak – anak kecilpun ikut rebutan gunungan yang terdiri dari hasil bumi berupa sayur mayur , buah – buahan dan juga jajanan pasar.
Gunungan sebenarnya merupakan simbol dari kemakmuran yang akan dibagikan kepada masyarakat , Sebagian masyarakat percaya semua bagian yang terdapat pada gunungan akan membawa berkah bagi kehidupan mereka , Sehingga tidak mengherankan jika masyarakat selalu berebut untuk mendapatkan bagian dari gunungan tersebut , Bahkan tidak jarang mereka terjatuh untuk memperoleh makanan yang ada dalam gunungan.
Dengan tetap melanjutkan dan melestarikan acara ruwah dusun ini , Subali berharap perekonomian Desa Sadang bisa terus berkembang secara merata sehingga tidak ada ketimpangan antar warga , tetap terciptanya kerukunan antar warga serta antar umat beragama.
Sementara itu , Dalang Ki Sarjono Tarib Adi Atmojo menampilkan lakon ” Bagong Bangun Deso ” , Lakon ini menceritakan perihal keinginan kuat Bagong untuk memajukan dan memakmurkan desa yang sedang ia pimpin.
Untuk menggapai keinginannya , Bagong melakukan tapa dan menyendiri untuk mengheningkan hati dan pikirannya , lantas ia mendapatkan “pawisik” atau bisikan yang ia yakini berasal dari dewa , Pawisik itu berisi tentang anjuran agar Bagong menanam Pelem (Mangga) Pertonggo Jiwo dan Jambu Dipo Nirmolo sebagai tumbal agar desa Pringapus yang tengah ia pimpin dapat segera menjadi desa yang maju, makmur dan sejahtera. (Rief)