GELORAJATIM.COM — Jumat, (8/11/2024). Sebuah fenomena yang cukup memprihatinkan belakangan ini sering dibicarakan di media massa dan media sosial. Banyak anak-anak dibawah umur dilarikan ke rumah sakit untuk cuci darah. Untuk penderita diabetes, cuci darah berfungsi sebagai “pengganti” fungsi ginjal yang sudah terganggu oleh diabetes. Pasti ada alasan dan konsekuensi mengapa fenomena ini dapat terjadi pada anak-anak.
Hal ini mungkin disebabkan oleh perilaku pembeli anak-anak yang dipengaruhi oleh berbagai rasa, warna, dan kemasan yang ada pada minuman manis. Mengingat kandungan gulanya yang tinggi, minuman manis dapat menyebabkan penyakit diabetes dan penurunan fungsi ginjal. Produsen minuman manis ini pasti menggunakan strategi pemasaran yang cerdas untuk menarik perhatian pelanggan. Ada banyak minuman manis yang memiliki warna yang menarik untuk menarik perhatian anak-anak. Mereka menjadi tertarik dan ingin membeli.
Pada artikel ini membahas secara keseluruhan mengenai perilaku konsumen yang ditimbulkan oleh pembelian minuman manis terhadap anak-anak. Secara umum, istilah “perilaku konsumen” mengacu pada cara individu atau kelompok mencari, membeli, menggunakan, dan mengevaluasi barang atau jasa. Dalam Ilmu Komunikasi, perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang mempengaruhi keputusan pembelian. Persepsi dan preferensi pelanggan sangat dipengaruhi oleh elemen seperti iklan, promosi, interaksi sosial, dan opini publik.
Informan pertama, Alan (20) mahasiswa Bisnis Digital Universitas Negeri Surabaya, menyatakan pendapatnya bahwa indikator gula pada komposisi sebuah produk minuman manis tidak terlalu diperhatikan. Dalam hal pembelian minuman manis, Alan mengungkapkan bahwa kurangnya edukasi secara dua arah baik dari orang tua maupun dari pemerintah terkait dengan dampak dari minuman manis. Dari sisi orang tua, mereka tidak mampu untuk mengingatkan, mengarahkan, dan mengedukasi anak-anak mereka supaya menjauhi minuman dan makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi.
“Itu akibat dari kurangnya edukasi pemerintah kepada masyarakat terhadap produk makanan & minuman yang mengandung banyak gula” ungkap Alan.
Informan kedua, Widya (20) mahasiswi Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur, mengatakan bahwa kemasan dan indikator gula merupakan faktor utama dalam keputusan konsumen untuk membeli minuman manis. Kemasan yang menarik akan mempengaruhi perilaku konsumen dan keputusan mereka untuk membeli produk tersebut. Widya menyadari efek terlalu banyak minuman manis. Dia percaya bahwa mengonsumsi minuman manis tidak baik dalam jangka panjang karena dapat menyebabkan berbagai penyakit serius.
“Anak-anak zaman sekarang sering kali membeli minuman kemasan yang berwarna, jadi menurutku itu nggak baik buat jangka panjang ya” sebut Widya.
Sementara informan ketiga, Kezia (21) mahasiswi Teknik Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur, menyatakan bahwa sangat memperhatikan kadar gula dalam tabel kemasan karena secara pribadi tidak menyukai makanan dan minuman yang manis (oversweet). Kezia sering membeli minuman kemasan berjenis air mineral. “Saya cukup sering membeli minuman kemasan. Contohnya Aqua, Le Minerale, Club, dan sebagainya” ungkap Kezia.
Menurutnya, banyak sekali dampak jangka panjang yang ditimbulkan ketika mengonsumsi minuman manis seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Minuman manis masih termasuk dalam gaya hidup sehat asalkan dikonsumsi dalam batas wajar, jika dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan dampak yang serius akan tetapi di sisi lain minuman manis juga diperlukan untuk menyeimbangkan kadar gula yang terdapat dalam tubuh.
“Iya, saya mengetahui dampak dari mengonsumsi minuman manis dalam selang waktu yang panjang. Seperti obesitas, diabetes, gangguan gigi (rusak), dan penyakit jantung, namun minuman manis itu juga merupakan gaya hidup sehat, karena tubuh juga memerlukan glukosa. Jika mengonsumsi melampaui batas atau kapasitas setiap hari maka itu termasuk bukan gaya hidup sehat” pungkasnya.
Perilaku konsumen terhadap pembelian minuman manis yang ditujukan untuk anak-anak sangat dipengaruhi terutama warna gula yang digunakan. Anak-anak lebih menyukai warna-warna cerah dan mencolok yang membuat produk terlihat lebih menarik bagi mereka.
Di sisi lain, diduga bahwa orang tua memainkan peran penting dalam memastikan tingkat gizi dan gula pada minuman berwarna. Penggunaan warna yang menarik bagi anak-anak dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli sesuatu.
Oleh karena itu, untuk menarik minat anak-anak sambil memperhatikan kekhawatiran orang tua, produsen harus membuat rencana komunikasi yang mempertimbangkan elemen visual ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keputusan untuk membeli minuman manis berwarna berdampak pada penyakit yang berkelanjutan.
Penulis : Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si, Azel Azarya Alditranuari, Vina Ayu Miranda, Reva Lestari Ristudiyanto