Workshop Penguatan Ekosistem Industri Susu Sapi Nasional di UGM

GELORAJATIM.COM – Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar acara penting dalam upaya meningkatkan ekosistem industri susu sapi nasional. Fakultas Peternakan UGM telah meluncurkan Workshop Penguatan Ekosistem Industri Susu Sapi, sebagai bagian dari Program Matching Fund Kedaireka 2023, yang berlangsung pada 21 Oktober 2023 di Auditorium Fakultas Peternakan UGM.

Acara ini diawali dengan sambutan dari Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Budi Guntoro, yang sangat antusias menyambut para peserta. Ia menekankan bahwa saat ini industri susu sapi di Indonesia masih perlu mengatasi tantangan besar untuk berkembang pesat. Dekan Guntoro dengan tulus mengapresiasi workshop ini sebagai langkah positif untuk mendorong pertumbuhan industri susu di tanah air.

Prof. Ali Agus, yang juga menjadi Ketua Pelaksana Kegiatan, memberikan pemahaman mendalam tentang betapa pentingnya susu bagi makhluk hidup, terutama bayi yang baru lahir.

Ia menjelaskan bahwa produksi susu sapi perah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena wabah penyakit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD).

Situasi ini menjadi hambatan utama dalam industri susu sapi nasional. Prof. Ali Agus memperkenalkan solusi berupa pakan konsentrat immonobooster, yang dirancang khusus untuk meningkatkan nutrisi sapi perah.

“Konsentrat immonobooster adalah terobosan baru yang diformulasikan dengan cermat untuk mendukung pertumbuhan optimal dan ketahanan sapi perah terhadap penyakit. Dengan kandungan protein tinggi, vitamin, dan mineral yang lengkap, kami berharap pakan ini dapat mengatasi penurunan produksi susu akibat PMK dan LSD,” jelas Prof. Ali Agus dalam rilis resmi.

Kendati susu sangat penting, konsumsi susu secara nasional masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Produktivitas ternak juga masih rendah, berkisar antara 8-12 liter per ekor per hari, disebabkan oleh masalah kualitas pakan dan manajemen pemeliharaan. Drh. Totok Setyarto berharap para peternak dapat memahami Key Performance Indicator (KPI) untuk mengatasi masalah ini.

Drh. Daud Suroto berbicara tentang tantangan budidaya sapi perah setelah terkena PMK atau LSD. Salah satu dampak utama adalah penurunan produksi dan produktivitas susu sapi perah, yang berdampak pada kerugian peternak.

Ia menyoroti perlunya penanganan PMK dan LSD, termasuk tindakan biosecurity, vaksinasi, pengobatan, dan pendampingan. Solusi jangka pendek dan panjang juga dibahas untuk menjaga budidaya sapi perah tetap berlanjut.

Pemaparan terakhir datang dari Jamie Najmi Misbah, pemilik Mazaraat Cheese, yang menekankan pentingnya mengikuti standar kualitas pakan dan susu. Ia menjelaskan bahwa kualitas produk susu olahan sangat bergantung pada kualitas susu yang digunakan. Oleh karena itu, penyediaan pakan berkualitas sangat penting untuk mendukung industri susu secara menyeluruh.

Kegiatan ditutup dengan pembagian pakan konsentrat immonobooster kepada semua peserta workshop. Para peternak dan mahasiswa yang hadir dengan antusias menerima pakan ini dengan harapan bahwa hal ini akan membantu mengatasi tantangan nutrisi dan dampak penyakit PMK serta LSD pada ternak mereka.

Retnawati, seorang peternak sapi perah, menyampaikan rasa senangnya: “Kami sangat senang mengikuti workshop ini karena kami mendapatkan wawasan baru tentang industri susu dari para ahli. Kami sangat antusias dengan pakan suplemen immonobooster ini, dan kami berharap pakan ini dapat menjawab masalah nutrisi setelah penyakit PMK dan LSD.”

Demikian pula, seorang mahasiswa bernama Yoga menambahkan, “Para praktisi yang menjadi pengajar memberikan wawasan dan pandangan baru tentang industri susu dari pengalaman langsung mereka di lapangan.”singkatnya. ( Vieto)


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *