JOMBANG, GELORAJATIM.COM – Beberapa warga yang memiliki usaha rumahan di desa Nglebak, Kecamatan Bareng Jombang dikunjungi oleh kelompok 06 mahasiswa UPN “Veteran” Jatim, Selasa 21 Maret 2023.
Kedatangan mahasiswa dalam kegiatan KKN Tematik MBKM tersebut, diantaranya ke rumah Suparno, seorang pengrajin kayu Jati yang sudah mengirimkan hasil karyanya di sebagian wilayah Jawa Timur dan pernah mencapai di sekitar wilayah pulau Jawa meski hanya dibantu oleh dua pegawainya.
Disana para mahasiswa mendapat penjelasan dari Suparno mengenai proses perolehan bahan baku, kisaran harga dan pemasarannya. Dirinya menuturkan, untuk jual beli atau pemasaran hasil karyanya masih dari mulut ke mulut, sedangkan untuk model kerajinannya masih memakai sistem request sesuai yang diinginkan oleh pembeli.
Suparno mengaku, telah menekuni usahanya ini selama 40 tahun, dan itu dilakukan sejak ia berumur 20 tahun. Awal terjun ke bidang ini lantaran basicnya adalah tukang. Walaupun belum ada merk dan nama pasti nyatanya karyanya sudah cukup dikenal oleh penggemar kerajinan berbahan kayu jati, untuk proses pembuatan paling cepat dikerjakan 1 minggu atau lebih tergantung request model barang dengan sistem pembayaran DP.

Dari tempat pak Suparno, kelompok 06 mahasiswa UPN “Veteran”Jatim melanjutkan kunjungannya ke rumah Muslimin yang berusaha Telur asin, yakni olahan dari bahan telur bebek yang terdapat inovasi rasa asin yang cukup digemari oleh masyarakat dari bermacam-macam kalangan umur.
Pak Muslimin adalah salah satu dari warga desa Nglebak yang merintis usaha telur asin di rumahnya dengan berbekal 60 ekor bebek yang terbagi menjadi 2 sekat kandang dan mempunyai sosok supplier juga untuk menunjang usaha telur asin miliknya.
Dia membagi kategori telur asin nya menjadi 3 kategori : kategori A sebagai produk terbilang paling bagus, kategori B produk terbilang cukup bagus dan kategori C sebagai produk yang kurang bagus. Dari ketiga kategori itu pasti memiliki perbedaan harga, kategori C saja hanya di bandrol Rp. 22.000 / krak telur.
Dalam menjalankan bisnis nya ini, muslimin hanya menjadikan usaha ini sebagai bisnis sampingan, karena keterbatasan bahan baku dan kendala pemasaran online serta belum ada cap stempel sebagai tanda merek produk.
Tak berhenti disitu, mahasiswa kelompok 06 kemudian ketempat usaha milik Bu seniti sosok pengolah buah pisang yang menjadikan buah itu menjadi olahan keripik dengan harga terjangkau untuk kantong, namun dengan rasa yang bukan kaleng-kaleng.
Usaha ini baru ditekuni kurang lebih 1 tahun, karena sebelumnya menekuni usaha peyek kacang. Untuk bahan produk pembuatan keripik pisang ini masih membeli kepada penjual pisang karena belum ada pemasok karena menurut dia, usaha keripik pisang nya ini hanya usaha kecil biasa.
Dari 1 tundun pisang diolah menjadi jadi 7 ombyok atau 84 kemasan keripik pisang ukuran ¼ kg dengan harga jual hanya Rp. 1000. Bagi kita mungkin harga segitu tidak akan mendapatkan untung, namun tutur ibu seniti, ia masih mendapat untung walau tidak besar.
Pembelian bisa memesan via WhatsApp dan bisa diantar, untuk jenis pisang yang dipakainya adalah pisang patik atau raja nangka, dengan keterampilan tangan yang dimiliki, pisang yang awalnya keras dan tidak bisa dimakan langsung bisa diolah menjadi produk yang digemari banyak orang dengan rasa yang nikmat dan dengan harga terjangkau.
Editor: teguh w.

Tinggalkan Balasan