GELORAJATIM.COM – Hubungan Rusia Ukraina semakin memanas. Hal tersebut tambak setelah pidato Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kongres Amerika Serikat (AS), mengatakan kekejaman pasukan Moskow Rusia membantai militer Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin tak takut dengan manuver Zelensky membangun hubungan diplomatik dengan AS. Sebagai tanda peringatan, Putin langsung menyerang Ukraina dari belakang saat Zelensky menghadiri kongres paman sam itu.
Akibatnya tentara Ukraina Dmytro Kyrychenko tewas dalam pertempuran tersebut. Peristiwa ini bukanlah kali pertama yang memakan korban. Sebelumnya tidak sedikit para militer dan rakyat kecil tewas dalam bantaian tentara Rusia. Tentera muda itu dimakamkan di Bucha, pinggiran Kyiv.
Putin dan Zelensky tampaknya tidak mau saling disalahkan dalam konflik yang tengah di hadapinya. Semua bersikukuh dan teguh pendirian. Putin sendiri mengaku terbuka untuk damai begitu juga Zelenskiy menyatakan hal sama.
“Rusia ingin mengakhiri perang di Ukraina dan ini pasti akan melibatkan solusi diplomatik. Tujuannya bukan untuk memutar roda konflik militer, tetapi sebaliknya, untuk mengakhiri perang,” kata Putin saat konferensi pers setelah pertemuan Dewan Negara tentang kebijakan pemuda di Moskow dikutip dari apnews.com.
“Rusia akan berusaha untuk mengakhiri ini, dan tentu saja lebih cepat lebih baik,” tambahnya.
Bagi Putin, Rusia telah berulang kali mengatakan akan terbuka untuk negosiasi. Tetapi Ukraina dan sekutunya mencurigai taktik hingga mengulur waktu. Itu terbukti setelah serangkaian kekalahan dan mundurnya Rusia di medan perang yang telah mengayunkan momentum perang 10 bulan demi Ukraina.
Pernyataan tersebut mengundang skeptisisme AS. Juru bicara Gedung Putih AS, John Kirby, mengatakan, Putin sama sekali tidak menunjukkan indikasi bahwa Rusia bersedia bernegosiasi untuk mengakhiri perang yang dimulai dengan invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari itu.
“Semua yang dilakukan Putin di darat dan di udara menunjukkan seorang pria yang ingin terus melakukan kekerasan terhadap rakyat Ukraina secara terus menerus memberi sinyal untuk meningkatkan perang,” kata Kirby dalam rilisnya. (rus)