Tradisi Gebrak Bayi dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Bayi

GELORAJATIM.COM – Setiap kelompok masyarakat, bangsa, atau etnis memiliki sejumlah praktik tradisional yang merupakan bagian integral dari kehidupan mereka. Tradisi mencerminkan nilai-nilai, keyakinan, dan sejarah suatu komunitas.

Di Indonesia, terdapat beragam tradisi yang masih dilestarikan dengan cermat, termasuk contohnya tradisi gebrak bayi. Belum lama ini, sebuah rekaman yang menjadi populer di platform media sosial menampilkan adegan bayi yang baru berusia 9 hari sengaja dikejutkan dengan cara menggebrak-gebrak dipan atau tempat tidur dengan menggunakan suatu benda yang dibalut kain, yang dilakukan oleh dukun bayi atau orang yang dituakan.

Tindakan ini dianggap sebagai bagian dari tradisi yang masih diyakini oleh sebagian masyarakat. Tujuan dari tradisi ini diyakini adalah untuk mengurangi kemungkinan bayi menjadi terkejut dengan suara keras saat dewasa nanti.

Pada dasarnya ketika bayi terlihat terkejut seringkali saat tidur, itu bisa menjadi refleks bayi kagetan yang dikenal sebagai Refleks Moro. Orang tua tidak perlu terlalu cemas karena ini adalah cara bayi untuk mengekspresikan kebutuhan mereka dan meminta bantuan.

Meskipun mungkin membuat orangtua merasa khawatir, sebaiknya tidak perlu berlebihan karena ini adalah respons alami bayi yang berfungsi untuk meminta pertolongan. Umumnya, reaksi kaget ini akan mulai mereda ketika bayi mencapai usia sekitar 2 hingga 3 bulan dan mungkin sepenuhnya menghilang saat mereka berusia sekitar 6 hingga 7 bulan.

Dokter Spesialis Anak, Dr. Miza Afrizal Azwir, Sp.A., BMedSci., M.Kes., mengeluarkan pernyataannya melalui akun TikTok-nya sebagai respons terhadap video yang sedang viral “bahwa bayi baru lahir membawa refleks primitif, refleks primitif itu salah satunya adalah refleks moro. Refleks moro itu adalah tanda bahwa otak bayi itu normal, justru kota malah harus khawatir kalau bayi itu ternyata tidak punya refleks moro atau tidak sering kaget-kagetan. Jadi bayi kaget itu jangan dihindari, itu justru sebenarnya adalah tanda bahwa bayi punya perkembangan otak yang normal.”

Lantas, bagaimana dampak yang terjadi bagi kesehatan bayi apabila tindakan tersebut dilakukan berulang kali? 

1.Shaken baby syndrom, merupakan kondisi serius yang terjadi ketika bayi atau anak kecil diguncang secara kasar atau terkena kekerasan pada kepala mereka. Guncangan yang keras ini bisa menyebabkan cedera serius pada otak dan sering kali mengakibatkan kerusakan permanen atau bahkan kematian.

2.Cedera fisik, merupakan gerakan yang kasar atau tidak terkontrol bisa menyebabkan cedera pada bayi, seperti cedera tulang, otot, atau bahkan cedera kepala.

3.Gangguan tidur dan keseimbangan, guncangan yang keras dapat mengganggu pola tidur bayi dan keseimbangan dalam tubuhnya.

4.Jika terpapar dengan intensitas, frekuensi, dan volume yang tinggi, gebrakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan permanen pada telinga.

Berikut adalah beberapa saran untuk mengatasi bayi yang sering kaget saat tidur:

1.Jangan membedong bayi terlalu erat agar tidak mengganggu tidurnya. Namun, membedong dengan kain yang lembut masih bisa dilakukan untuk membuat bayi merasa nyaman.

2.Letakkan bayi dekat dengan ibu saat tidur untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan. Anda juga dapat menggendong bayi sampai tertidur sebelum meletakkannya di tempat tidur.

3.Kurangi pemicu yang dapat membuat bayi kaget, seperti cahaya terang atau kebisingan luar. Gunakan mesin white noise atau musik yang menenangkan untuk meredam kebisingan.

4.Berikan pijatan lembut pada bayi sebelum tidur untuk membantu meredakan kecemasan dan membuatnya tidur lebih nyenyak.

Dengan mengikuti saran-saran ini, diharapkan bayi akan tidur lebih nyenyak dan tidak sering terbangun karena kaget.

Penulis: Rizza Yussi Listiani

Editor: Vieto


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *